Senin, 31 Januari 2011

GAGAL GINJAL

Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik
1. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Smeltzer, dkk, 2001)
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus. Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit. (Corwin, 2001)
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut ( Suyono, 2001).



2. Etiologi
Menurut Guyton (1997) penyebab GGK adalah :
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, abnormali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis



3. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron- nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/ daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron- nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala- gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala- gejala khas kegagalan ginjal bila kira- kira fungsi ginjal telah hilang 80%- 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 mL/ menit atau lebih rendah itu. ( Long, 1996). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Smeltzer, dkk, 2001).



4. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala gagal ginjal kronik adalah (Suyono, 200l):
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal.
1) Anoreksia, mual, dan muntah yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zat- zat toksik.
2) Fetor uremik: disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yang diubah menjadi amonia oleh bakteri sehingga nafas berbau amonia.
3) Cegukan, belum diketahui penyebabnya.
b. Gangguan sistem hematologi dan kulit.
1) Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan urokrom.
3) Gatal- gatal akibat toksin uremik.
4) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).



5) Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang).
c. Sistem syaraf dan otak.
1) Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
2) Ensepalopati metabolik: Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi.
d. Sistem kardiovaskuler.
1) Hipertensi.
2) Nyeri dada, sesak nafas.
3) Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini.
4) Edema.
e. Sistem endokrin.
1) Gangguan seksual: libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki, pada wanita muncul gangguan menstruasi.
2) Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
f. Gangguan pada sistem lain.
1) Tulang: osteodistrofi renal.
2) Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.
5. Klasifikasi
Stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat penurunan GFR (Crowin, 2000) meliputi:
a. Penurunan cadangan ginjal: terjadi apabila GFR turun 50% dari normal.
b. Insufisiensi ginjal: terjadi apabila GFR turun menjadi 20- 50% dari normal. Nefron- nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima.
c. Gagal ginjal: terjadi apabila GFR kurang dari 20% dari normal, semakin banyak nefron yang mati.
d. Penyakit ginjal stadium akhir: terjadi apabila GFR menjadi 5- 0% dari normal dan nefron yang tersisa sangat sedikit.



Pada tahun 2002, Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
a) Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 mL/ menit/ 1,73 m2)
b) Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/ menit/ 1,73 m2)
c) Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/ menit/ 1,73m2)
d) Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/ menit/ 1,73m2
e) Stadium5: kelainan ginjal dengan LFG 200 mg/ dl), hiperkalemia ( >7 mEq/ l), asidosis.
j. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 RIAN TASALIM PRANERS. All rights reserved.