Minggu, 18 April 2010

KEHAMILAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan adalah salah satu pemberi pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat, dituntut peran serta, fungsi dan aplikasinya didalam menilai serta menentukan langkah awal dan kapan melakukan rujukan kefasilitas kesehatan yang paling tinggi. Beberapa tahun yang lalu pendidikan bidan hanya sebatas DI saja, yang disebut dengan Program Pendidikan Bidan (PBB), dimana bidan D1 belum memahami dan menerapkan secara professional manajemen kebidanan yang baik dan benar. Sesuai dengan perkembangan pendidikan, maka pendidikan bidan dibuka pada tahun 1996 menjadi Akademi Kebidanan (DIII), SK MENKES RI No. 4118 1987 dan SK MENDIKBUD RI No: 009/4/1996 untuk memenuhi tuntutan profesionalisme guna meningkatkan mutu dan kualitas bidan itu sendiri dan memahami bagaimana manajemen kebidanan yang baik dan benar dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak.
Salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh ibu adalah kehamilan ektopik terganggu. kehamilan ektopik seringkali terjadi pada wanita berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun, frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1987 terdapat 153 kehamilan ektopik diantara 4.007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan(Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2007). Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari 241 kehamilan, dan 85-90% kasus kehamilan ektopik didapatkan pada multigravida (Wikipedia).
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup dramatis, sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit gawat darurat, sehingga entitas ini perlu diketahui oleh setiap dokter. Di masa lampau KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang obstetri. Perkembangan teknologi fertilitas dan kontrasepsi memang di satu sisi menyelesaikan masalah infertilitas maupun KB, namun di sisi lain menciptakan masalah baru. Kehamilan ektopik dapat terjadi sebagai akibat usaha fertilisasi in vitro pada seorang ibu, dan kehamilan ektopik tersebut dapat menurunkan kesempatan pasangan infertil yang bersangkutan untuk mendapatkan anak pada usaha berikutnya. Masalah yang lain ialah masalah diagnosis. Tidak semua pusat kesehatan di negara ini mempunyai fasilitas pencitraan, dan dalam menghadapi pasien yang datang dengan keluhan maupun tanda KET, tidak semua dokter, terutama primary-care physician, segera memikirkan KET sebagai salah satu diagnosis banding. Hal ini mengakibatkan keterlambatan diagnosis dan terapi yang adekuat. Kehamilan ektopik yang belum terganggu juga menjadi masalah tersendiri, karena seolah-olah menjadi bom waktu dalam tubuh pasien. Hal ini terjadi bila tidak ada fasilitas diagnostik yang menunjang, seperti yang terjadi di berbagai daerah rural di Indonesia. Dengan diagnosis yang tepat dan cepat kesejahteraan ibu, bahkan janin, dapat ditingkatkan.
Menyadari besarnya bahaya dari kehamilan ektopik apalagi jika kehamilan ektopiknya sudah terganggu, maka kami sebagai mahasiswa kebidanan meresa sangat perlu menggangkat kasus ini agar dapat mengetahui bagaimana cara penanganan ibu dengan kehamilan ektopik terganggu tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “ bagaimana cara menangani pasien dengan kehamilan ektopik terganggu? “

C. Tujuan
1. Umum
Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan kebidanan terhadap pasien dengan kehamilan ektopik terganggu.

2. Khusus
a. Mengetahui apakah kehamilan ektopik terganggu itu?
b. Mengetahui apa penyebab terjadinya kehamilan ektopik?
c. Mengetahui bagaimana patofisiologis dari kehamilan ektopik?
d. Mengetahui seperti apa tanda dan gejala dari kehamilan ektopik tersebut?
e. Mengetahui apakah ada komplikasi lain yang biasanya dialami oleh penderita kehamilan ektopik?
f. Mengetahui bagaimana menangani penderita dengan hamil ektopik?


D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.

2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dengan keluhan yang sama dengan pederita hamil ektopik.










BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapi oleh setiap dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.
Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter rahim.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal. (Sarwono prawirohardjo, ilmu kandungan, 2007) .

B. Etiologi/penyebab
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976) dan Ilmu Kandungan 1989, penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masaih di tuba.

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :
1. Faktor tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan konginetal tuba, pembedahan sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba dan kehamilan ektopik sebelumnya.
2. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi.
3. Faktor ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.
4. Penggunaan hormone eksogen.
5. Faktor lain, antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD
( Dr.Rustam Mochtar, sinopsis Obstetri, 2000).



C. Patofisiologi
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6-10 minggu.
Mengenai nasib kehamilan tuba terdapat beberapa kemungkinan,
Yaitu:
1. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada implantasi secara kolumner. Ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus ke dalam lumen tuba. Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya tergantung pada derajat perdarahan perdarahan yang timbul.
3. Ruptur dinding tuba. Rupture tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya ada kehamilan muda, sebaliknya rupture pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal.
(Sarwono Prawirohardjo,ilmu kebidanan, 2005)





D. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala
Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan.
Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-grjala sebagai berikut:
a. Amenorhoe
b. Nyeri perut bagian bawah
c. Gejala kehamilan muda
d. Level HCG rendah
e. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua
f. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan dan kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan darah.
(Kapita selekta kedokteran, 2001)
Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya, gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik, abortus atau
rupture tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. (Dr. Rustam Mochtar, Synopsis Obstetri, 2000).




E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
2. Infeksi
3. Sterilitas
4. Pecahnya tuba falopii
5. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio


F. Penatalaksanaan Medis
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu:
1. Kondisi penderita pada saat itu,
2. Keinginn penderita akan fungsi reproduksinya,
3. Lokasi kehamilan ektopik,
4. Kondisi anatomic organ pelvic,
5. Kemampuan teknik bedah mikro,
6. Dokter operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi. Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah :
1. Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah
2. Diameter kantong gestasi ≤ 4cm;
3. Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
4. Tanda vital baik dan stabil
Obat yang digunakan ialah methotrexate 1 mg/kg IV dan citrovorum factor 0,1 mg/kg IM berselang seling setiap hari selama 8 hari. Dari seluruh 6 kasus yang di obati, satu kasus dilakukan salpingektomia pada hari ke-12 karena gejala abdomen akut, sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan baik.










BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL 8 MINGGU DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RUANG MERPATI RUMAH SAKIT SARI MULIA
Tanggal pengkajian : 15 Oktober 2009
Jam Pengkajian : 11.00 wita
Tempat Pengkajian : Ruang Merpati kelas II RS. Sari Mulia

I. Subjektif Data
1. Identitas
Isteri
Nama : Ny. A
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Subsidi Rt. 4 Desa Aam-asam

Suami
Nama : Tn. Y
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Subsidi Rt.4 Desa Asam-asam

2. Keluhan Utama
Terlambat haid 2 bulan dengan keluhan nyeri pada daerah supra simfisis menjalar pada seluruh bagian perut, pasien sampai pingsan.

3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umur 20 tahun, dengan suami sekarang sudah 2 tahun.

4. Riwayat Haid
a. HPHT : 15 Agustus 2009
b. TP : 22 Mei 2010
c. Menarce : 12 tahun
d. Siklus : 30 Hari
e. Teratur/tidak : Teratur
f. Lamanya : 4-6 Hari
g. Banyaknya : 2 kali ganti pembalut

5. Riwayat Obstetri
G1 P0 A0
No Tahun Kehamilan Persalinan Bayi Penyulit Nifas
UK penyulit UK cara Tempat/
penolong penyulit BB PB Seks Keadaan
lahir
1. 2009 8 mg ektopik _ _ _ _ _ _ _ _ _
6. Riwayat KB
a. Jenis : Pil
b. Lama : 2 tahun
c. Masalah : Tidak ada

7. Riwayat Kesehatan
Ibu : Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis seperti
hipertensi, diabetes, jantung dan penyakit menular lain
Keluarga : Keluarga Ibu juga tidak pernah menderita penyakit
kronis dan penyakit menular lainnya

8. Keadaan Kehamilan Sekarang
a. Selama hamil periksa di : Bidan
b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : 1 bulan
c. Frekuensi periksa kehamilan
Trimester I : 2 kali
Trimester II : -
Trimester III : -
Jumlah : -
d. TT I : -
TT II : -
e. Obat yang diminum : -
f. Jamu yang diminum : -
g. Keluhan / masalah yang dirasakan Ibu : Nyeri pada abdomen

9. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi : Nasi, sayur, lauk pauk
Frekuensi : 3x sehari
Porsi makan : 1 piring
Pantangan : Tidak ada

b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning
BAK
Frekuensi : 5x-6x sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Pesing

c. Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekuensi gosok gigi : 3x sehari
Frekuensi ganti pakaian : 2x sehari

d. Aktivitas
Ibu dapap melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya.

e. Tidur dan istirahat
Siang hari : 1 jam
Malam hari : 6 jam
Masalah : Susah tidur karena nyeri pada daerah abdomen

f. Pola seksual
Frekuensi : 2-3 kali seminggu
Masalah : Nyeri di daerah abdomen
10. Data Psikososial dan Spiritual
a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : Ibu mengerti tentang keadaan pada dirinya
b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : Ibu merasa sedih akan kehamilannya yang sekarang
c. Ketaatan ibu dalam beribadah : Ibu taat dalam beribadah
d. Pemecahan masalah dari ibu dipecahkan bersama suami
e. Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya : Ibu sudah mengetahui pengetahuan tentang keamilan
f. Lingkungan yang berpengaruh
Ibu tinggal bersama : Suami
Hewan piaraan : Tidak ada
g. Penentuan pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami


II. Objektif Data
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
BB/TB : 51 Kg / cm
LILA : 25 cm

Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,3 oC
Respirasi : 22 x/menit


2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Tidak ada massa, rambut tidak rontok dan
tidak ada ketombe serta nyeri tekan
Mata : Konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik
Telinga : Tidak ada massa dan bentuk simetris
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Lidah bersih, gigi tidak berlubang, dan tidak
ada caries gigi
Dada/mamae : Bentuk simetris saat respirasi maupun
inspirasi, puting susu menonjol
Abdomen : Tidak terdapat bekas jahitan operasi
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah
Tungkai : Tidak terdapat odem dan varises

b. Palpasi
TFU : -

c. Auskultasi
Tidak dilakukan

d. Perkusi
Reflek patella : (+)
Cek ginjal : (-)


3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hb : 8,2 gr%
Protein urin : (-)
Reduksi : (-)

USG : Ektopik pada fimbriae kanan.


III. Assesment
a. Diagnosa kebidanan :
G1 P0 A0, Hamil 8 Minggu Dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
b. Masalah : Nyeri pada daerah supra simfisis
c. Kebutuhan : Health Education dan Konseling untuk tindakan operasi.

IV. Planning
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Memantau perdarahan pervaginam
d. Kolaborasi dengan dokter kandungan menangani rencana operasi dan pemberian terapi:
Infuse : RL:D5 (1:2) 20 tetes/menit
Transfusi WB : 4 kolf
Terapi post operasi : Cetriaxon 1x2 gr
Alin F 3x1 amp
Vit C 3x1 amp
Kalmethason 3x1 amp
Plasminex 3x1 amp
Dynastat (drip) 2x1 amp (dlm NS piggy)
Kaltropen supp 3x1 biji
















BAB IV
PEMBAHASAN

Kasus yang kami angkat yaitu Ny.A hamil 8 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu (KET). Letak ektopik pada Ny.A terletak pada tuba sebelah kanan tepatnya di fimbriae kanan.
Ny.A mengeluhkan nyeri pada perutnya yang awalnya hanya di daerah supra simfisis kemudian menjalar ke seluruh bagian perut. Ny.A juga sempat pingsan. Sebulan yang lalu dan disertai keluarnya darah sedikit seperti flek-flek dari vagina. Tanda-tanda tersebut sesuai dengan tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik pada tuba biasanya terganggu pada usia kehamilan 6-10 minggu. Ini sesuai dengan yang dialami Ny.A yang kehamilannya sudah memasuki minggu ke-8. Penegakan diagnosa bahwa Ny.A mengalami kehamilan ektopik terganggu (KET) diperkuat dengan adanya hasil USG yang menunjukkan bahwa Ny.A mengalami kehamilan ektopik pada tuba, tepatnya didaerah fimbriae.
Menurut teori terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada kehamilan tuba yaitu hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada implantasi secara kolumner, abortus ke dalam lumen tuba, dan ruptur dinding tuba. Pada Ny.A, menurut hasil USG terdapat ruptur pada fimbriae kanan. Ini dikarenakan plasenta yang berimplantasi pada fimbriae dan juga embrio yang semakin membesar dan memasuki masa janin.
Komplikasi yang biasanya terjadi yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (ini merupakan indikasi operasi), infeksi, sterilitas, pecahnya tuba falopii. Pada Ny.A, karena kehamilan ektopik terganggu yang dialaminya sudah berlangsung 8 minggu, terjadi pengeluaran darah dari vagina, serta adanaya ruptur pada fimbriae maka harus dilakukan tindakan operasi.
Pada kehamilan ektopik yang dialami oleh penderita yang lain, belum diketahui sebab-sebab pastinya. Begitu juga yang dialami Ny.A juga tidak diketahui secara pasti apa penyebab pasti dari kehamilan yang dialaminya.
Pada kehamilan ektopik terutama jika sudah terganggu, penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan operasi laparotomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginn penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomic organ pelvic, kemampuan teknik bedah mikro, dokter operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi. Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah : kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah, diameter kantong gestasi ≤ 4cm, perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml, tanda vital baik dan stabil. Obat yang digunakan ialah methotrexate 1 mg/kg IV dan citrovorum factor 0,1 mg/kg IM berselang seling setiap hari selama 8 hari.
Pada kasus yang dialami Ny.A dilakukan tindakan operasi Salpingektomi. Itu dikarenakan kehamilan ektopiknya terletak pada fimbriae dan juga adanya ruptur serta pasien yang mengalami syok.
Tidak ada batasan kapan ibu boleh hamil lagi. Jika ibu sudah merasa sehat dan fit, silahkan saja jika ingin merencanakan kehamilan lagi. Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah berulangnya kehamilan ektopik karena penyebabnya sampai saat ini tidak diketahui. Risiko ibu untuk mengalami kehamilan ektopik lagi sekitar 15% menurut penelitian secara statistik. Agar tidak terlambat diagnosis kehamilannya, langsung lakukan pemeriksaan USG transvagina saat ibu terlambat haid. (dr. Valleria Sp.OG, Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta)













BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter rahim. Kehamilan ektopik dapat membahayakan bagi wanita yang bersangkutan terutama jika kehamilan ektopiknya terganggu.
Tanda-tanda kehamilan ektopik yaitu terlambat haid, nyeri perut bagian bawah, tanda kehamilan muda, level HCG rendah, perdarahan pervaginam berwarna coklat tua, dan pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan.
Sebab dari kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti. Tapi ada beberapa faktor yang memegang peranan penting hingga terjadi kehamilan ektopik. Faktor-faktor tersebut yaitu factor tuba, kelainan zigot, factor ovarium, penggunaan hormon eksogen, aborsi tuba, dan pemakaian IUD.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu: Kondisi penderita pada saat itu, Keinginn penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvic, kemampuan teknik bedah mikro, dokter operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi. Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Selain itu juga dapat ditangani dengan kekmoterapi.

2. Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Berikan asuhan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yang ada.

2. Bagi pasien (ibu hamil)
a. Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin agar setiap keluhan dapat diatasi dan jika ada kelainan yang lain dapat segera terdeteksi.
b. Siapkan fisik dan mental terhadap kemungkinan dilakukannya tindakan operasi.


3. Bagi mahasiswa
a. Harus lebih teliti dalam melakukan tindakan medis terhadap pasien.
b. Mampu menjaga prevasi klien dan dapat berkomunikasi dengan baik.
c. bersikap sopan dan ramah terhadap pasien.





No Tanggal Catatan Perkembangan Post Operasi
1. 16/10/09 S : Ibu mengatakan pusing, mual, serta nyeri pada daerah operasi
O : TD: 110/60 mmHg, Temp: 36,3 oC , Resp: 22 x/menit, Nadi: 96 x/menit
A : Ibu dengan post operasi KET, masalah belum teratasi
P :
2. 17/10/09 S : Ibu mengatakan lesu, dan nyeri pada daerah bekas operasi
O : TD; 120/90 mmHg, Temp: 36,8 oC , Resp: 20 x/menit, Nadi: 93 x/menit
A : Ibu dengan post operasi KET
P : Observasi keadaan umum pasien, observasi tanda-tanda vital, memantau perdarahan pervaginam, kolaborasi dengan dokter kandungan
3. 18/10/09 S : Ibu mengatakan keadaanya sudah mulai membaik
O : TD: 120/80 mmHg, Temp: 37 oC , Resp: 23 x/menit, Nadi: 90 x/menit
A : Ibu dengan post operasi KET
P : Intervensi dihentikan, pasien diperbolehkan pulang








DAFTAR PUSTAKA


Mansjoer, Arif, dkk: Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta, Media Aesculapius FKUI, 2001.

Mochtar, Rustam: Sinopsis Obstetri. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998.

Prawirohardjo, S: Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2007.

http://www.google.com/kehamilan-ektopik

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 RIAN TASALIM PRANERS. All rights reserved.