Rabu, 03 Maret 2010

carin 004.asal teori RSSM

Caring
Pendahuluan
Era globalisasi yang sedang dan akan kita hadapi dibidang kesehatan menimbulkan secercah harapan akan peluang (opportunity) meningkatnya pelayanan kesehatan. Terbukanya pasar bebas memberikan pengaruh yang penting dalam meningkatkan kompetisi disektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit memberikan pengaruh dalam manajemen rumah sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan pelayanan.
Tuntutan masyrakat akan pelayanan kesehatan yang memadai semakin meningkat turut meberikan warna diera globalisasi dan memacu rumah sakit untuk memberikan layanan terbaiknya agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat. Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat.
Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien harus senantiasa terjaga bila rumah sakit ingin tetap eksis dalam percaturan layanan kesehatan.

Pasien sangat responsive terhadap layanan langsung sebagai pasien terutama terhadap perawat dan dokter. Perawat lebih banyak berinterakis dengan pasien di banding tenaga yang lain dan ini merupakan variabel yang paling mudah bersentuhan kepuasan pasien.
Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak. Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989), menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan.
Diperkirakan bahwa ¾ pelayanan kesehatan adalah caring sedangkan ¼ adalah curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka tak dapat disangkal lagi bahwa perawat akan membuat suatu perbedaan yang besar antara caring dan curing (Marriner A-Tomey, 1998).
Sering kali kita menilai diri sendiri bahwa kita sudah melakukan caring dalam perawatan sehari-hari. Tetapi perilaku caring tersebut masih bersifat naluriah dasar dan belum dikembangkan dengan menggunakan indicator-indikator yang bias diukur. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik dan cara pengobatan.

Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat yang sangat dipengaruhi oleh variabel individu, variabel organisasi dan psikologis. Menurut Gibson(1987) yang termasuk variabel individu adalah kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografi. Variable psikologi merupakan persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Dan variabel organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur dan desain pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi Caring perawat harus menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caring.
Pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja perawat dan serta adanya effektive leadership dalam keperawatan. Peran organisasi(rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan yang efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan system remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja perawat. Karena itu semua dapat berdampak pada meningkatnya motivasi dan kinerja perawat dalam caring.


Dalam membangun pribadi caring perawat dapat melalui pengembangan indikator 10 caratif caring (Waton, 1979) sebagai berikut:

1. Sistem nilai humanistik-altruistik
Humanistik-altruistik dibangun dari pengalaman, belajar dan upaya-upaya mengembangkan sikap humanis. Proses tumbuh kembang manusia akan berpengaruh dalam mengembangkan jiwa altruistik dan humanis ini. Biasanya proses tersebut merupakan hasil dari saling mempengaruhi baik dari lingkungan social maupun orang tua . Pengembangan faktor ini dapat dimulai sejak dalam masa pendidikan.

2. Kepercayaan-harapan
Perawat menggunakan kekuatan sugestif secara positif untuk memberikan dukungan pada pasien untuk yakin akan mendapat kesembuhan. Hal ini harus diawali dari keyakinan dalam diri perawat sendiri bahwa dengan sentuhannya pasien akan dapat kesembuhan. Pengalaman dalam pelayanan memberikan kekuatan bahwa peran perawat merupakan variabel penting dalam pemberi kepuasan dan kesembuhan.

3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain
Ditumbuhkan dengan cara megembangkan perasaan diri, merasakan emosi, meningkatkan sensitivitas dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini perawat dituntut mengembangkan sensitivitas terhadap klien.

4. Pertolongan-Hubungan saling percaya.
Untuk mendapat hubungan saling percaya dengan pasien, seorang perawat harus mempunyai kemampuan berkomunikasi terapeutik yang baik. Perawat harus bisa membedakan komunikasi dan komunikasi terapeutik.

5. Pengembangan dan penerimaan terhadap ekspresi perasaan positif dan negatif.
Ekspresi yang benar atau sesuai menunjukkan bahwa seseorang berada pada tingkat kesadaran tertentu.

6. Penggunaan metode ilmiah, problem solving dalam pengambilan keputusan.
Diperoleh melalui riset yang berkesinambungan, pemberian arti terhadap ilmu dan peningkatan pengetahuan.

7. Peningkatan proses belajar-mengajar dalam interpersonal
Fokusnya adalah proses belajar mengajar untuk meningkatkan pemahaman dengan memperoleh informasi dan alternatif pemecahan masalah. Secara personal perawat harus siap untuk menerima pengetahuan (ilmu) baru dalam keperaawatan dengan caa meningkatkan pedidikan formal dan non formal

8. Supportif, korektif dan protektif terhadap mental, fisik, sosiokultural dan spiritual.
Variable eksternal dari factor ini adalah fisik, keamanan, keselamatan dan lingkungan. Variabel internal meliputi mental, spiritual dan aktivitas cultural. Perawat harus mampu memberikan support, proteksi dan koreksi terhadap variable tersebut.

9. Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan dasar manusia menurut Watson terdiri dari :
1) Survival needs (biophisycal needs)
2) Fungsional needs (Psychophisical needs)
3) Integratif needs (Psychososial needs)
4) Growth-seeking needs (intrapersonal-interpersonal needs)


10. Dikembangkan factor eksternal phenomenological
Yaitu studi tentang keberadaan manusia dengan menggunakan analisis phenomenological. Bagi perawat factor ini membantu menerima dan menengahi ketidaksesuaian pandangan seseorang secara holistic ketika saat yang bersamaan ditugaskan memenuhi kebutuhan secara hirarkikal. Gabungan dari factor ini adalah ilmu keperawatan yang membantu perawat memahami pengertian seseorang dalam menemukan hidupnya dan memahami seseorang dalam mengartikan setiap kejadian.

TEORI CARING MENURUT WATSON
Margareth Jean Harman Watson lahir di Virginia barat bagian selatan dan besar di sebuah kota kecil Welch di pegunungan Appalachian. Watson memasuki sekolah menengah atas di Virginia barat dan kemudian sekolah keperawatan Lewis gale. Setelah lulus pada tahun 1961 dia menikah dengan suaminya Douglas dan pindah ke Colorado. Setelah pindah Watson melanjutkan studi keperawatannya dan lulus dari universitas Colorado. Dia memperoleh gelar sarjana muda keperawatan tahun 1964 di kampus boulder, gelar master keperawatan jiwa pada tahun 1966 dan gelar doktornya pada tahun 1973.

Menurut Watson, caring adalah istilah keperawatan yang menggambarkan faktor-faktor yang digunakan untuk menyampaikan perawatan kesehatan kepada pasien. Watson mendasarkan teori keperawatannya pada sepuluh caratif faktor yang digunakan oleh perawat untuk memberikan perawatan kepada pasien yang beragam. Carative factor menurut Watson adalah mencoba menghargai dimensi manusia dalam perawatan dan pengalaman-pengalaman subjektif dari orang yang kita rawat. Setiap caratif faktor menggambarkan proses caring dari segi bagaimana seorang pasien mencapai dan mempertahankan kesehatan atau meninggal dengan damai.
Kesepuluh caratif faktor itu adalah :
1. Nilai-nilai kemanusiaan dan Altruistik (Humanistic-Altruistic System Value ).
2. Keyakinan dan harapan (Faith and Hope)
3. Peka kepada diri sendiri dan kepada orang lain (Sensitivity to self and others)
4. Membantu menumbuhkan kepercayaan dan menciptakan hubungan dalam perawatan secara manusiawi.
5. Pengekspresian perasaan positif dan negatif.
6. Proses pemecahan masalah perawatan secara kreatif (creative problem-solving caring process)
7. Pembelajaran secara transpersonal (transpersonal teaching learning)
8. Dukungan,perlindungan dan perbaikan fisik,mental,sosial dan spiritual.
9. Bantuan kepada kebutuhan manusia (Human needs assistance)
10. Eksistensi fenomena kekuatan spiritual.
Dari kesepuluh carative faktors diatas, Caring dalam keperawatan menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985) ini berkenaan dengan proses yang humanitis dalam menentukan kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis tetapi disertai kehangatan dankebaikan.

Ketika ide dan nilai yang disampaikannya telah berkembang, Watson menterjemahkan caratif faktor ke dalam caritas proses. Pada caritas proses terdapat dimensi spiritual serta nilai cinta dalam proses caring. Caritas proses lebih dikenal dengan clinical caritas proses (CCP) yaitu suatu praktek perawatn pasien yang dengan sepenuh hati, kesadaran dan cinta.

Clinical Caritas Proses meliputi :
• Merawat pasien dengan penuh kesadaran,sepenuh hati dan cinta.
• Hadir secara jiwa dan raga,supportif dan mampu mengekspresikan perasaan negatif dan positif dari dasar-dasar nilai spiritual diri dalam hubunganya dengan pasien sebagai one-being-cared-for.
• Budidaya nilai spiritual dan transpersonal,melampaui diri sendiri dan supaya lebih terbuka, peka dan iba.
• Kreatif menggunakan diri dan segala cara dalam proses perawatan,secara artistik,sebagai bagian dari caring-healing-practice.
• Menciptakan lingkungan penyembuhan di semua level,fisik dan non fisik,dengan penuh kesadaran dan keseluruhan,yang memperhatikan keindahan,kenyamanan,kehormatan dan kedamaian.
• Terlibat dalam proses pengalaman belajar mengajar,yang dihadirkan sebagai kesatuan “menjadi dan berarti” (being and meaning),dan mencoba melihat dan mengacu pada kerangka berfikir orang lain.

II. 3 Asumsi Teori Caring Menurut Jean Watson
Jean Watson merupakan penggagas teori yang banyak mempengaruhi pendekatan keperawatan dan meletakkan dasar humanisme pada keseluruhan aspek bidang kajian keperawatan. Konsep yang dikemukakan tentang esensi manusia dengan keutuhan dan sifat-sifat kemanusiaannya serta esensi caring menjadi fondasi bagaimana seharusnya perawat memperlakukan manusia lain (termasuk pasien/klien) dan diri sendiri. Watson meyakini praktik caring sangatlah penting untuk keperawatan; ini adalah fokus pemersatu untuk praktik. Dua asumsi utama yang mendasari nilai perawatan manusia dalam keperawatan:
1. Care and love merupakan energi fisik dasar dan universal
2. Care dan love adalah syarat untuk kelangsungan hidup kita dan makanan untuk kemanusiaan.

Watson mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan. Dalam hal ini, caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien. Kemudian, caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien.
Watson berasumsi bahwa dalam caring tidak hanya mengandung unsur emosi, kepedulian, tingkah laku, atau keinginan tetapi juga merespon individu. Asumsi Watson tentang caring adalah sebagai berikut:

1. Caring merupakan proses intersubjektif dan moral ideal dalam keperawatan.

2. Caring hanya dapat didemonstrasikan secara interpersonal, yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan klien, dimana perawat menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi untuk mempertahankan kesehatan klien dan energi positif yang diberikan pada klien.

3. Caring sangat efektif untuk promosi kesehatan, pengembangan indvidu atau keluarga serta dapat meningkatkan kesehatan klien.

4. Respon caring yaitu dapat menerima individu pada masa ini dan yang akan datang.

5. Lingkungan caring merupakan perkembangan yang efektif dan memperbolehkan individu memilih tindakan terbaik untuk dirinya.

6. Caring merupakan tindakan yang melibatkan perawat-klien yaitu peristiwa transpersonal yang mengembangkan keterbukaan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada terbentuknya interaksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien
untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

7. Caring memiliki karakteristik yang abstrak yaitu manusia sebagai individu yang unik. Artinya individu memliki respon yang berbeda dalam menghadapi masalah kesehatan, sehingga dalam praktik keperawatan, seorang perawat harus mampu memahami setiap respon yang berbeda dari klien terhadap penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dalam setiap respon yang berbeda. Jadi dalam hal ini perawat dituntut untuk mampu menghadapi klien dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan terjadi.

8. Caring memiliki kekuatan yang sensitive yaitu kekuatan yang eksistensial, fenomenal, dan spiritual.
Jadi, dari asumsi teori caring menurut Watson di atas dapat disimpulkan bahwa caring harus diterapkan dalam setiap pelaksanaan asuhan keperawatan. Caring merupakan inti dari pelaksanaan praktik keperawatan. Sikap caring seyogyanya senantiasa dimiliki oleh perawat, karena mutu dari asuhan keperawatan ditentukan dengan adanya sikap caring yang diberikan oleh perawat terhadap pasien.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 RIAN TASALIM PRANERS. All rights reserved.