Rabu, 24 Februari 2010

MAKALAH TANDA VITAL

PENJELASAN DALAM GARIS BESAR

CAIRAN DALAM TUBUH

Sel-sel mahluk hidup multak memerlukan air dalam mempertahankan kehidupan. Cairan tubuh berjumlah sekitar 60 % berat badan dan terlihat berhubungan juga dengan jumlah lemak dalam tubuh, umur dan jenis kelamin. Makin tua seseorang makin kurang kadar air tubuhnya. Kadar air laki-laki lebih besar dari pada perempuan. Tetapi pengaruh terbesar tampaknya berhubungan dengan jumlah lemak tubuh. Makin tua seseorang, biasanya jumlah lemaknya meningkat. Umumnya kadar lemak perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.

Cairan tubuh dibagi dalam :

- Cairan intraseluler, yaitu cairan yang terdapat dalam sel-sel seluruh tubuh. Sekitar 40% berat badan kita merupakan air yang terdapat di dalam sel.

- Cairan ekstraseluler, yaitu cairan yang terdapat di luar sel tubuh, jumlahnya sekitar 20% berat badan, yang terbagi pula dalam :
• Cairan intristisial atau cairan antar sel, yang berada diantara sel-sel.
• Cairan intra vaskuler, yang berada dalam pembuluh darah, berupa air dalam plasma darah.
• Cairan transeluler, yang berada dalam rongga-rongga khusus, seperti cairan otak (likuor serebrospinal), bola mata, sendi, dll

Pertukaran Cairan (Water Turnover)
Air yang masuk tubuh / diminum diserap di usus, teruatama di yeyunum, masuk ke pembuluh darah, terus ke ruang interstial dengan cara filtrasi di kapiler, selanjutnya masuk ke dalam sel dengan jalan difusi, semuanya ada hubungan bolak-balik.


Air yang kita butuhkan sangat dipengaruhi aktifitas dan suhu lingkungan serta suhu tubuh. Bila udara panasm keringat akan lebih banyak dihasilkan. Waktu berolah raga atau kerja berat, dimana suhu tubuh sangat meningkat, dihasilkan pula keringat yang lebih banyak, yang sangat penting dalam mengatur suhu tubuh.

Air berasal dari minuman, makanan dan hasil metabolisme. Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menghasilkan sejumlah air. Cairan tubuh mengandung elektrolit dengan komposisi dan kadar yang berbeda-beda. Perbedaan yang nyata antara cairan ekstraseluler dan intraseluler adalahpada cairan ekstraseluler sebagian besar kationnya berupa natrium dan anionnya adalah klorida. Sedangkan pada cairan intraseluler kationnya kalium dan anionnya fosfat dan protein.

Protein di dalam darah memberikan tekanan onkotik (tekanan osmotik koloid) yang menarik air ke dalam kapiler, melaawan tekanan hidrostatik. Filtrasi cairan di awal kapiler disebabkan tekanan filtrasi atau tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan onkotik.
Walaupun sebagian besar cairan yang difiltrasi di awal kapiler kembali ke darah di akhir kapiler, ada sedikit cairan yang tertinggal, yang akan disalurkan melalui saluran limfe.

Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam ruang subarakhnoid rongga otak dan kanalis vertebralis. Cairan ini di buat di ventrikel I dan II (ventrikel lateral) disalurkan ke ventrikel III, terus ke ventrikel IV dan akhirnya ke luar ruang subarakhnoid.
Di sini ada tempat-tempat tertentu yang berfungsi menyerap cairan serebrospinal ini, sehingga terdapat keseimbangan antara pembuatan dan penyerapan. Bila ada penyumbatan saluran antara ventrikel atau penyerapan berkurang maka akan terjadi penumpukan cairan dalam rongga tengkorak yang disebut hidrosefalus.





pH
Cairan ekstraseluler mempunyai pH dengan rentangan yang sempit yaitu 7,40 +/- 0,05 (7,35 – 7,45). Bila pH darah arteri lebih rendah dari 7,35 disebut keadaan asidosis sedangkan bila pH darah lebih tinggi dari pada 7,45 disebut keadaan alkalosis.

BUFFER
Dalam tubuh kadang-kadang terjadi peningkatan kadar asam atau basa yang berlebihan. Ada beberapa mekanisme untuk mempertahankan pH cairan tubuh yang hanya boleh berkisar dalam rentangan yang sempit itu, antara lain :
a. Bikarbonat
b. Fosfat
c. Sulfat
d. Protein

DIARE

Diare ditandai dengan sering buang air besar dan cair. Air tubuh akan banyak keluar. Air ini berasal dari sekresi liur pencernaan yang bersifat basa. Bila cairan ini tidak digantikan, akan menimbulkan dehidrasi (tubuh kekurangan cairan). Cairan yang terbaik untuk mengganti yaitu cairan oralit, dengan komposisi mirip dengan yang terbuang karena diare. Di pasaran garam oralit dijual dalam bentuk bubuk dalam sachet dengan komposisi :

- Glukosa anhidrat …………….. 4.0 g
- Natrium klorida ……………… 0.7 g
- Natrium sitrat dihidrat ……….. 0.58 g
- Kalium klorida ………………. 0,3 g


Yang dilarutkan dalam 200 ml (1 gelas) air. Makin banyak cairan tubuh yang keluar makin banyak oralit yang harus diminum. Pendapat yang mengatakan bahwa penderita diare harus berhenti minum dan bila banyak minum akan bertambah berat diarenya adalah sangat keliru dan berbahaya.

DEHIDRASI

Dehidrasi dapat disebabkan diare dan / atau muntah-muntah, kurang masukan cairan atau pengeluaran keringat sangat banyak, bila tidak diikuti masukan cairan yang seimbang. Dehidrasi sangat berbahaya dan harus segera ditanggulangi. Banyak jatuh korban tewas pada wabah diare atau muntaber (muntah berak) karena tidak tahu atau terlambat memberi pertolongan.

Pada pelari maraton dan olah raga lain yang berlangasung lama harus diberi minum secara berkala karena kerja berat banyak mengeluarkan keringat. Jamaah haji pada musim panas banyak terserang dehidrasi karena banyak keringat dan jamaah kurang pengetahuan tentang pentingnya minum.

Dehidrasi ringan ditandai rasa haus dan lemas. Bila makin berat tekanan darah menurun karena volume darah berkurang dan dapat jatuh pada syok. Penanggulangan penderita yang sudah tidak mampu minum sendiri harus dengan infus cairan fisiologis di rumah sakit atau dengan memberi cairan oralit dengan selang (tube) hidung-lambung (naso-gastric tube).

ASIDOSIS

Asidosis dapat disebabkan gangguan metabolisme seperti diabetes melitus berat (menghasilkan banyak keton), diare (cairan alkalis dari usus banyak keluar) dll. Keadaan ini disebut asidosis metabolik.

Bila terjadi gangguan ventilasi paru sehingga pengeluaran CO2 terhambat akan menimbulkan asidosis respiratorik.

ALKALOSIS

Bila pengeluaran asam tubuh berlebihan seperti pada muntah-muntah yang banyak mengelurankan HCl dari lambung, akan menimbulkan alkalosis metabolik. Bila pengeluaran CO2 berlebihan karena hiperventilasi paru akan timbul alkalosis respiratorik.

KONSEP HEMEOSTATIS

Sel-sel tubuh hanya dapat hidup dan berfungsi bila berada / terendam dalam cairan ekstraseluler yang sesuai. Cairan ekstraseluler ini biasa juga disebut lingkungan dalam tubuh (milieu interiuer). Lingkungan dalam tubuh ini boleh dikatakan selalu konstan dan hanya dapat berdeviasi (berubah) dalam kisaran yang sangat sempit. Contoh : pH darah 7,40, hanya boleh berdeviasi antara 7,38 – 7,42. Proses mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil ini disebut homeostatis (homeo = sama, statis = berdiri atau berada).

Berbagai faktor lingkungan dalam yang harus dipertahankan dengan mekanisme tertentu meliputi :
1. Kadar molekul nutrient yang diperlukan untuk metabolisme, misalnya kadar glukosa darah.
2. Kadar O2 yang terus menerus dipakai dan harus selalu ditambah dan CO2 yang terus menerus dihasilkan dan harus terus menerus dikeluarkan dalam jumlah yang sesuai.
3. Kadar sisa metabolisme, jangan sampai menumbuhkan gangguan (toksis).
4. pH, gangguan akibat perubahan pH teruatama pada elektrofisiologi.
5. Kadar air, garam-garam, dan elektrolit lain.
6. Suhu tubuh yang umumnya berkisar sekitar 370c.
7. Volume dan tekanan, misalnya volume darah, tekanan darah.


Ada 11 sistem utama dalam tubuh yang berperan dalam homeostatis :

1. Sistem sirkulasi, yaitu sistem trasnport yang membawa zat-zat seperti nutrient, O2, CO2, sisa metabolisme, elektrolit, hormon dsb, dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya.

2. Sistem percernaan, yang menghancurkan makanan menjadi molekul yang dapat diserap mukosa usus. Juga memasukkan air dari lingkungan luar ke dalam tubuh. Sisa yang tidak terserap dibuang sebagai feses.

3. Sistem pernafasan, mengambil O2 dari dan mengeluarkan co2 ke lingkungan luar. Dengan mengatur jumlah CO2 (yang dikeluarkan).

4. Sistem perkemihan, membuang kelebihan air, garam, asam dari plasma dan membuangnya ke urine, bersama-sama sisa metabolisme lainnya, kecuali CO2.

5. Sistem skeletal, sebagai penyanggah dan pelindung jaringan lunak dan organ-organ. Juga sebagai resevoir ion Kalsium.

6. Sistem muskuler yang memungkingkan individu bergerak mencari makan dan menjauhi bahaya.

7. Sistem integumen (kulit), untuk proteksi luar terhadap benda asing dan mikroorganisme, mencegah cairan tubuh keluar tanpa kendali, ikut mengatur suhu tubuh.

8. Sistem imun, bertahan terhadap serangan benda asing, sel tubuh yang menjadi ganas.

9. Sistem saraf, salah satu dari dua sistem pengatur tubuh. Mengatur dan mengkoordinir aktifitas tubuh, deteksi rangsang dari luar dan dalam tubuh dan bereaksi terhadapnya.


10. Sistem endokrin, juga sebagai sistem pengontrol tubuh, terutama aktifitas yang berlangsung lama, kadar berbagai zat dalam darah.

11. Sistem reproduksi, tidak berperan penting dalam homeostatis, berarti tidak penting dalam mempertahankan hidup, tetapi penting untuk mempertahankan spesies.























BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang :
Peemasangan infus adalah teknik yang mencakap penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan
B . Tujuan :
– Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang
- Sebagai pengganti nutrisi
Definisi :
Teknik yang penusukan vena melalui transkut dengan stilet yang kaku, seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan.
Tujuan :
Untuk memulai dan mempertahankan cairan IV.
Peralatan Yang Digunakan :
1. Larutan IV yang tepat.
2. Jarum untuk fungsi vena yang sesuai.
3. Untuk infus cairan IV.
• Perangkat pemberian ( pilihan tergantung pada tipe larutan dan kecepatan pemberian :bayi dan anak kecil memerlukan selang mikrodrip,yang memberikan 60 tts / ml.
• Filter 0,22 mm (bila di perlukan oleh kebijakan institusi atau bila bahan berpatikel / akan di berikan ).
• Tambahan selang digunakan bila jalur IV lebih panjang ).
4. Untuk heparin lock.
• Look IV / selang pendek
• Normal salin heparisinasi 1-3 ml (10 sampai 100 / ml )
• Steker IV
5. Torniket.
6. Sarung tangan sekali pakai.
7. Papan tangan.
8. Kassa 2×2 cm dan salep poviden yodin untuk balutan transparan.
9. Plaster yang telah di potong dan siap di gunakan .
10. Handuk untuk diletakkan di bawah tangan klien bila perlu.
11. Tiang intravena .
12. Pakaian khusus dengan kanang di lapisi bahu / membuat pelepasan selang IV bila mudah, bila tersedia.












Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Atur peralatan disamping yang bebas dari kusut atau diatas meja.
3. Buka kemasan steril dengan menggunakan teknik aseptic mencegah kontaminasi pada obyek steril.
4. Untuk memberikan cairan IV.
• Periksa larutan dengan menggunakan ‘five right” pemberian obat pastikan aditif yang diresepkan seperti kalium dan vitamin, telah ditambahkan periksa larutan terhadap warna, kejernihan dan tanggal kadaluarsa larutan IV adalah obat dan harus diperiksa dengan hati-hati untuk mengurangi resiko kesalahan kandungan partikel atau yang telah kadaluarsa untuk tidak digunakan.
• Bila menggunakan larutan IV dalam botol, lepaskan penutup logam dan lempeng karet dan logam dibawah penutup untuk kantung larutan IV plastic lepaskan lapisan plastic diatas port selang IV.
• Buka set infus, mempertahankan sterilitas pada kedua ujung mencegah bakteri masuk keperalatan infus dan aliran darah.
• Pasang klem rol sekitar 2-4 cm (1-2 inci) dibawah bilik drip dan pindahkan klem rol pada posisi off.
• Tusukkan set infus ke dalam kantung/botol cairan.
• Lepaskan penutup pelindung kantung IV tanpa menyentuh lubangnya.
• Lepaskan penutup pelindung dari paku penusuk selang jangan menyentuh paku penusuk dan tusukan paku kedalam lubang kantung IV atau tusukkan penusuk penyumbat karet hitam dari botol, bersihkan karet dengan antiseptik sebelum menusukan paku penusuk.
• Isi selang infus
• Tekan bilik drip dan lepaskan biarkan terisi 1/3 – ½ penuh menciptakan efek penghisap cairan masuk keruang drip untuk mencegah udara masuk
• Lepaskan pelindung jarum dan klem rol untuk memungkinkan cairan memenuhi bilik drip roll selang ke adapter jarum kembalikan jarum ke posisi off.
• Pastikan selang bersih dari udara dan gelembung udara gelembung udara yang besar dapat bertindak sebagai umboli. Buang udara dengan membiarkan cairan mengalir melalui selang sampai selang bebas udara.
• Lepaskan pelindung jarum.
5. Untuk heparin lock
6. Pilih jarum IV yang tepat otot over the needle catheres (ONC)
7. Pilih tempat distal vena yang digunakan
8. bila terdapat banyak rambut pada tempat penusukan, guntinglah (mengurangi resiko kontaminasi).
9. Bila mungkin letaknya ektremitas pada posisi dependen.
10. Letakkan torniket 10-12 cm (5-6 inci) diatas tempat penusukan.
11. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
12. Letakkan ujung adaptor jarum perangkat infuse dekat dengan kassa steril/handuk.
13. Pilih vena yang terdilatasi baik.
• Menggosok ekstremitas dari distal keluar proksimal di bawah vena yang dimaksud meningkatkan volume darah dalam vena.
• Menggenggam dan melepaskan genggaman
• Menepuk perlahan diatas vena
• Memasang kompres hangat
14. Bersihkan tempat intersi dengan gerakan sirkoler yang kuat menggunakan larutan pavidon yodin, hindari menyentuh tempat yang telah dibersihkan, biarkan mongering 30 detik gunakan alcohol 70% selama 60 detik.
Povidan yodin adalah anti efektif topical yang mengurangi bakteri permukaan kulit sentuhan akan mengakibatkan perpindahan bakteri dari tangan perawat ke tempat fungsi. Povidon yodin harus kering untuk hasil yang efektif.
15. Lakukan fungsi vena tahan vena dengan menggunakan ibu jari di atas vena dan dengan meregangkan kulit berlawanan arah dengan penusukan 5-7 cm kearah distal penusukan jarum kupu-kupu pegang jarum pada sudut 20-30 derajat.
16. Perhatikan keluarnya darah melalui selang jarum kupu-kupu yang menandakan jarum telah memasuki vena.
17. tahan kateter dengan satu tangan, dengan cepat hubungkan adapter jarum.
18. lepaskan klem foler untuk memulai infus
19. Amankan kateter/jarum IV.
• Pasang plester kecil (1,25 cm) dibawah kateter.
• Bila digunakan balutan kassa oleskan salep povidon yodin.
• Letakkan bantalan kassa 2×2
• Letakkan loop selang infus padabalutan menggunakan plaster.
20. Untuk pemberian cairan IV, atas kecepatan aliran sampai tetesan yang tepat permenit.
21. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan.
22. Lepaskan sarung tangan, singkirkan alat-alat cuci tangan.
23. Catat pada catatan perawat.
Perhatian perawat
Fungsi vena merupakan kontradiksi di tempat yang menunjukkan tanda infeksi, infiltrasi/trombosis infeksi ditandai memerahan nyeri tekan, bengkak dan hangat.










PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan.
Pemberian infus melalui vena.
Tujuan infus melalui vena.
Tujuan : – Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang.
- Sebagai pengganti nutrisi.
Indikasi : kecepatan aliran infus harus di pantau tiap jam
Kontraindikasi : Pada pasien dehidrasi berat
B. Saran
Seorang ahli kesehatan atau paramedis mampu dalam melakukan tindakan pemasangan infus secara tepat dan benar serta steril.










DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ketrampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar Karya Husada.
2. Buku Ketrampilan Dasar Praktik klinik kebidanan Penerbit Salemba Medika.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 RIAN TASALIM PRANERS. All rights reserved.